Cari Blog Ini

Senin, 10 Januari 2011

Kelurahan Siaga


Kelurahan Siaga
Kelurahan Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa ( KLB) , kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.
Pengembangan Kelurahan Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat kelurahan, menyiap siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti kegiatan Kelurahan Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.

Konsep dari Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah- masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan, secara mandiri. Tujuan diadakannya kelurahan siaga ini adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk sehat, yang artinya :
        Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat kelurahan tentang pentingnya kesehatan.
         Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat kelurahan terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( bencana,wabah,kegawat-daruratan dan sebagainya ).
        Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
        Meningkatnya kesehatan lingkungan di kelurahan
        Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat kelurahan untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Suatu kelurahan dinamakan Kelurahan siaga bila mempunyai 8 indikator yaitu :
1.       Adanya Forum Masyarakat Kelurahan
Adalah sekelompok anggota masyarakat kelurahan/Kelurahan yang sepakat untuk peduli memecahkan masalah dan mengembangkan program-program pembangunan antara lain kesehatan , di wilayahnya. Forum ini secara berkala melakukan pertemuan dan dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan anggota. Jika di kelurahan/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka kelurahan/kelurahan dapat memulai dari forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat misalnya : rembug kelurahan, kelompok yasinan/majelis taklim, kelompok karang taruna, kelompok peduli Kesehatan Ibu dan Anak dan lain sebagainya
2.       Adanya Fasilitas Pelayanan kesehatan Dasar dan Sistem Rujukannya
Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh seorang petugas kesehatan sesuai dg kompetensinya , dibantu oleh kader yang berasal dari masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan dasar disini berupa upaya promotif , preventif dan kuratif yang dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh masyarakat melalui pemberdayaan. Fasilitas tersebut bisa merupakan milik Pemerintah ataupun organisasi swasta ataupun perorangan. Lokasi sarana pelayanan kesehatan tidak harus di dalam kelurahan ( terutama bagi kelurahan di kota besar ) , yang penting masyarakat kelurahan tersebut mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah. Jika tidak ada petugas kesehatan yang bertempat tinggal di kelurahan tersebut , maka tugas pendampingan dan penghubung dilakukan oleh Petugas Pembina Kelurahan dari Puskesmas yang secara berkala melakukan tugasnya di kelurahan tersebut.
3.       Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang dikembangkan
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkembang sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu dg PAUD, TOGA, KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak),BKB (Bina Keluarga Balita), BKL (Bina Keluarga Lansia), Dasolin (Dana Sosial Bersalin), Dana Sehat, dsb.
4.       Adanya Sistem Pengamatan Penyakit (Surveilance) berbasis Masyarakat
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat terhadap :
-          Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.
-          Kejadian lain di masyarakat.
dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.
Contoh penyakit :
o   Penyakit menular ( TBC, HIV/AIDS, Frambusia, Kusta)
o   Penyakit Menular Potensial KLB yaitu : Diare, Diptheri, Polio/AFP, Campak, Flu Burung, Thypus, Hepatitis, Malaria, DBD, dll
Faktor risiko antara lain :
o    Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
o   Adanya Kematian unggas
o   Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
o   Adanya migrasi penduduk (in / out)
o   Perilaku yang tidak sehat.
Kondisi lain :
o    faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
o    Kejadian lain di masyarakat (Keracunan makanan, Bencana, Kerusuhan)

Bentuk pengamatan masyarakat ( anggota keluarga , tetangga, kader ) disesuaikan dengan tatacara setempat , misalnya pengamatan terhadap tanda penyakit :
o   batuk yang tidak sembuh dalam waktu 3 minggu (untuk TBC)
o   bercak putih di kulit yang mati rasa (untuk Kusta)
o   ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi ( 4 terlalu, kedaruratan pada kehamilan sebelumnya,dll )
o   bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dll
o   balita yang tidak naik berat badannya 3 bulan berturut turut
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada di kelurahan ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera disampaikan kepada petugas kesehatan setempat atau Petugas Pembina Kelurahan
5.       Adanya Sistem Kesiapsiagaan bencana dan Kegawatdaruratan berbasis masyarakat
Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapai situasi kedaruratan (misal bencana)
Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka :
o   mereka tahu harus berbuat apa
o   mereka tahu tempat untuk mencari maupun memberi informasi kemana.
Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi jatuhnya korban.
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat kelurahan ( yang memperolehnya dari kecamatan ), berita resmi di TV , Radio atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya menggunakan kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari mulut ke mulut
6.       Adanya upaya menciptakan Lingkungan Sehat
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :
o   Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di kelurahan, antara lain : pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.
o   Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah bersih, sampah tak berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik
o   Membuka jendela setiap hari.
o   Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak, mandi dan cuci) dan sanitasi dasar.
o   Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan sanitasi dasar ( ada jamban, mandi cuci di tempat khusus )
7.       Adanya Upaya mewujudkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS mempunyai 20 indikator lihat disini.
Artinya terdapat adanya masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM
8.       Adanya Upaya mewujudkan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)
Kadarzi mempunyai 5 indikator yaitu :
       Menimbang Berat Badan Secara teratur ,terutama untuk Balita
     Memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai umur 6 bulan
         Makan beraneka ragam makanan
         Mengkonsumsi garam beryodium
         Memberikan suplemen sesuai anjuran (misal Vitamin A pada balita dan Bufas)
Disini terdapat adanya upaya masyarakat dalam mewujudkan terlaksananya 5 indikator kadarzi. Seperti Pengadaan posyandu, Pendataan kadar garam yodium,dan penyuluhan.
Unsur-unsur yang akan terlibat dalam kegiatan siaga ini adalah :
        Semua individu dan keluarga di kelurahan, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah kelurahannya.
        Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,seperti tokoh masyarakat. Termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
        Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, seperti Kepala Kelurahan, Camat, para pejabat terkait, LSM, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam pengembangannya Kelurahan Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Strata, yaitu :
1.       Strata Pratama
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga baru melakukan kegiatan 4 indikator kelurahan siaga
2.       Strata Madya
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan 6 indikator kelurahan siaga
3.       Strata Utama
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan kedelapan indikator kelurahan siaga
Pembentukan Kelurahan Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
        Pemilihan Pengurus, Kader dan fasilitator Kelurahan Siaga
Pemilihan Pengurus dan kader Kelurahan siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal kelurahan dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
        Pelatihan Kader dan fasilitator Kelurahan Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader kelurahan yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku .
Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga, yaitu meliputi Konsep Kelurahan Siaga, Penjelasan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, penjelasan mengenai masing2 8 indikator kelurahan siaga.
        Penyelenggaraan Kegiatan Kelurahan Siaga
Secara berkala kegiatan Kelurahan Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Kelurahan Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
        Pembinaan dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Kelurahan Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Kelurahan Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop- out ,kader-kader harus diberi kesempatan seluas- luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Kelurahan Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Kelurahan Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku Administrasi Siaga

I.                  INDIKATOR KEBERHASILAN.
Keberhasilan upaya Pengembangan Kelurahan Siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatornya, yaitu :
        Indikator masukan
        Indikator proses
        Indikator keluaran dan
        Indikator dampak.
Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :
A.      Indikator masukan.
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Kelurahan siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut :
o   Ada/tidaknya Forum Masyarakat Kelurahan
o   Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan / peralatannya.
o   Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
o   Ada/tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).
o    Ada/tidaknya kader aktif
o    Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat
B.       Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga Indikator proses terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
o    Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Kelurahan.
o   Ada/ tidaknya pembinaan dari Puskesmas
o   Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
o   Berfungsi/tidaknya Sistem Penanggulangan Kegawatdauratan dan bencana
o   Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
o   Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS
o   Ada/tidaknya Upaya mewujudkan lingkungan sehat

C.      Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut :
o   Cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA )
o   Cakupan pelayanan UKBM- UKBM lain
o   Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan
o   Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
o   Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat
D.      Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga.
Indikator dampak terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut.
o   Jumlah penduduk yang menderita sakit
o   Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
o   Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
o   Jumlah balita dengan gizi buruk.
o   Tidak terjadinya KLB penyakit
o   Respon cepat masalah kesehatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar