Cari Blog Ini

Minggu, 22 Mei 2011

Dokter Teladan Tingkat Kota Cirebon

Dalam Seleksi dokter teladan di Kota Cirebon, terpilih dokter H. Ahmad Subhi T sebagai dokter teladan tingkat Kota Cirebon, yang selanjutnya akan di ikutkan ke tingkat Propinsi Jawa Barat. Dokter H. Ahmad Subhi T merupakan dokter umum di Puskesmas Kalitanjung yang tahun 2011 ini terpilih sebagai dokter teladan. Mudah-mudahan apa yang dia emban akan bermanfaat bagi semuanya.

Data Pribadi
Nama                          : Ahmad Subhi Taufiequrrohman
Tempat tanggal lahir  : Cirebon ,8 Juni 1972
Alamat                        : Jl Pramuka No.1 RT/RW 08/03 Kelurahan Kalijaga
                                      Kecamatan Harjamukti. Kota Cirebon
Pendidikan                  : SDN Paoman 3 Indramayu ( 1985 )
                                      SMPN 3 Indramayu ( tahun 1988)
                                      SMAN 2 Cirebon ( tahun 1991)
                                      FK UNJANI CIMAHI ( tahun 2001)
Pekerjaan                   : PTT Puskesmas Pondoh Juntinyuat Indramayu (2001-2002)
                                     PTT Puskesmas Larangan Cirebon (2002-2006)
                                     PNS Puskesmas Kalitanjung (2006- sekarang)
Makalah yang diajukan untuk dokter teladan yaitu Pneumonia
BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Kesehatan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pembagunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya/optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Hal ini sesuai dengan amanat yang terdapat dalam UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009  dan Pembukaan UUD 1945.
Pembangunan kesehatan kota Cirebon bertujuan  mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal menuju sumber daya manusia kota cirebon yang berkualitas. Puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat memiliki fungsi sebagai penggerak   pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat di dukung oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan 45%, faktor perilaku 30%, faktor pelayanan kesehatan 20%, dan faktor keturunan 5%. Oleh karena itu dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak cukup hanya dengan pelayanan kesehatan yang memadai saja tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan sehat dan perilaku sehat.
Suatu lingkungan dan perilaku yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai penyakit yang berbasis lingkungan antara lain penyakit diare, ISPA pneumonia, kecacingan, disentri, penyakit kulit/kusta, demam berdarah dan tbc.
Dilihat dari data kunjungan pasien, penyakit-penyakit tersebut masih banyak ditemukan di puskesmas-puskesmas, terutama di Puskesmas Kalitanjung sebagai wilayah kerja penulis. Penyakit –penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian balita terutama ISPA-pneumonia dan diare.
Dewasa ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi. Menurut survey demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228  per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1000 kelahirn hidup, dan AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global MDGs (Millenium Development Goals, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu  (AKI) menurun dari 228 pada Tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB)  Menurun dari 34 /1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 23 / 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Begitu pula data yang ada di Puskesmas Kalitanjung .Yaitu pada tahun 2009 sampai 2010,ditemukan kematian bayi sejumlah 4 orang bayi disebabkan pneumonia di rumah sakit pada tahun 2009 . Dengan demikian masih ditemukan kematian bayi  di wilayah Puskesmas Kalitanjung.

B. Masalah
Dari data kunjungan pasien dan cakupan program P2M tersebut di atas, maka masalah kesehatan di PUSKESMAS KALITANJUNG dari tahun 2009 dan tahun 2010 adalah ’’masih terjadi kematian bayi”.

Penyebab masalah .
Penyebab masalah tersebut sebagaimana hasil cakupan kejadian penyakit di PUSKESMAS KALITANJUNG tahun 2009 penyakit diare (245)  jumlah kematian  (0), penemonia (147) jumlah kematian (4), penyakit lain (-), jumlah  kematian (-) dan tahun 2010 penyakit diare 241 jumlah kematian (0), penemonia (46) jumlah kematian (0) ,penyakit lain (-) jumlah kematian. Dari data tersebut maka penyebab utama/terbesar  adalah pneumonia .
Faktor yang mempengaruhi penyebab masalah tersebut :
1. faktor perilaku kesehatan
Faktor ini sangat di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat terutama ibu balita, sehingga cenderung mengabaikan perilaku kasehatan yang positif , ini dapat dilihat dari data PHBS tatanan rumah tangga masih kurang terutama indikator :
a. Masih terdapat anggota keluarga yang merokok didalam rumah
b. Kebiasaan tidak membuka jendela rumah (Tertutup)
c. Kebiasaan meludah di sembarang tempat
d. Masih ditemukan kebiasaan tak menutup mulut saat batuk/bersin.
e. Masih ditemukan ibu yang tak menyusui anaknya
2. Faktor lingkungan
Faktor ini juga sangat mempengruhi tingginya penyakit pneumonia pada bayi, masyarakat masih banyak yang mengabaikan kesehatan lingkungan seperti:Luas kamar tidak seimbang  dengan jumlah penghuni, padat penduduk dan kurang personal higiene.
C. Perumusan Masalah
    Dari hasil kajianan masalah , penyebab dan Faktor penyebab masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. ’’Masih terjadi kematian bayi akibat pneumonia di kelurahan Harjamukti Kota Cirebon pada tahun 2009’’.
D. Tujuan
1. Umum
Diketahuinya metoda efektif  dalam mengatasi penurunan kejadian kematian akibat pneumonia di Kelurahan Harjamukti  kota CIREBON.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya faktor penyebab masalah kematian bayi oleh pneumonia di kecamatan Harjamukti .
b. Diketahuinya proses integrasi program dalam menangani kematian bayi akibat pneumonia di kelurahan Harjamukti .
c. Meningkatnya peran masyarakat dalam penanggulan kematian bayi akibat pneumonia di kelurahan Harjamukti 
E. Manfaat
1. Sebagai pertimbangan perencanaan kegiatan di Puskesmas dalam menaggulangi kejadian kematian bayi akibat penemonia .
2. Sebagai rujukan petugas dalam penangggulangan penurunan kejadian kematian  bayi akibat penemonia .
3. Sebagai bahan rujukan peran lintas program dan sektoral dalam mengintegrasikan program mengatasi masalah penurunan kejadian kematian bayi .
4. Sebagai bahan memperkuat peran serta masyarakat dalam mengatasi kejadian kematian bayi .
5. Sebagaai bahan pengetahuan dan literatur peminat masalah kesehatan bayi.

Kami berbangga hati mempunyai Dokter Teladan

Atas nama Kepala Puskesmas Saya menyampaikan berbangga hati mempunyai dokter teladan di Puskesmas. Usaha demi usaha terus dilakukan untuk memajukan Puskesmas Kalitanjung di Kancah Pelayanan Kesehatan yang menyentuh penuh dengan keramahan, berbagai aspek kami benahi agar Puskesmas Kalitanjung Menjangkau Pelayanan Masyarakat sekitarnya. Pembenahan diri pada Puskesmas Kalitanjung Tidak terlepas dari partisipasi semua Karyawan dan Karyawati Puskesmas Kalitanjung. Seyogyanya dengan adanya dokter teladan maka akan meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan masing-masing dari masyarakat. Sehingga Puskesmas Kalitanjung lebih dekat lagi dengan masyarakat.

Kamis, 13 Januari 2011

Pemeriksaan Dokter Spesialis dan Pemeriksaan Lboratorium

Selain Pemeriksaan Umum puskesmas Kalitanjung juga memberian pelayanan dokter Spesialis Kndungan dan dokter Spesialis anak yang merupakan kegiatan RSBM, adapun Pemeriksaan Dokter spesialis tersebut pada minggu ke -2 dan ke - 4 setiap bulannya, yaitu pada hari Rabu tiap minggunya
Foto Pelayanan Dr. Spesialis Kandungan




 Foto Pelayanan Laboratorium

Puskesmas Kalitanjung juga memberikan Pelayanan pemeriksaan Laboratorium, walaupun tenaga Analis Kesehatan Labnya cuma 1 orang, diharapkan pemegang keputusan atau yang berwenang menambah tenaga Anlis  Kesehatan Lab tersebut.

Senin, 10 Januari 2011

Kelurahan Siaga


Kelurahan Siaga
Kelurahan Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa ( KLB) , kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.
Pengembangan Kelurahan Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat kelurahan, menyiap siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat. Inti kegiatan Kelurahan Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat.

Konsep dari Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah- masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan, secara mandiri. Tujuan diadakannya kelurahan siaga ini adalah mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk sehat, yang artinya :
        Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat kelurahan tentang pentingnya kesehatan.
         Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat kelurahan terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan ( bencana,wabah,kegawat-daruratan dan sebagainya ).
        Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
        Meningkatnya kesehatan lingkungan di kelurahan
        Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat kelurahan untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Suatu kelurahan dinamakan Kelurahan siaga bila mempunyai 8 indikator yaitu :
1.       Adanya Forum Masyarakat Kelurahan
Adalah sekelompok anggota masyarakat kelurahan/Kelurahan yang sepakat untuk peduli memecahkan masalah dan mengembangkan program-program pembangunan antara lain kesehatan , di wilayahnya. Forum ini secara berkala melakukan pertemuan dan dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan anggota. Jika di kelurahan/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka kelurahan/kelurahan dapat memulai dari forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat misalnya : rembug kelurahan, kelompok yasinan/majelis taklim, kelompok karang taruna, kelompok peduli Kesehatan Ibu dan Anak dan lain sebagainya
2.       Adanya Fasilitas Pelayanan kesehatan Dasar dan Sistem Rujukannya
Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh seorang petugas kesehatan sesuai dg kompetensinya , dibantu oleh kader yang berasal dari masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan dasar disini berupa upaya promotif , preventif dan kuratif yang dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh masyarakat melalui pemberdayaan. Fasilitas tersebut bisa merupakan milik Pemerintah ataupun organisasi swasta ataupun perorangan. Lokasi sarana pelayanan kesehatan tidak harus di dalam kelurahan ( terutama bagi kelurahan di kota besar ) , yang penting masyarakat kelurahan tersebut mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah. Jika tidak ada petugas kesehatan yang bertempat tinggal di kelurahan tersebut , maka tugas pendampingan dan penghubung dilakukan oleh Petugas Pembina Kelurahan dari Puskesmas yang secara berkala melakukan tugasnya di kelurahan tersebut.
3.       Adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang dikembangkan
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkembang sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu dg PAUD, TOGA, KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak),BKB (Bina Keluarga Balita), BKL (Bina Keluarga Lansia), Dasolin (Dana Sosial Bersalin), Dana Sehat, dsb.
4.       Adanya Sistem Pengamatan Penyakit (Surveilance) berbasis Masyarakat
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat terhadap :
-          Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.
-          Kejadian lain di masyarakat.
dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.
Contoh penyakit :
o   Penyakit menular ( TBC, HIV/AIDS, Frambusia, Kusta)
o   Penyakit Menular Potensial KLB yaitu : Diare, Diptheri, Polio/AFP, Campak, Flu Burung, Thypus, Hepatitis, Malaria, DBD, dll
Faktor risiko antara lain :
o    Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
o   Adanya Kematian unggas
o   Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
o   Adanya migrasi penduduk (in / out)
o   Perilaku yang tidak sehat.
Kondisi lain :
o    faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
o    Kejadian lain di masyarakat (Keracunan makanan, Bencana, Kerusuhan)

Bentuk pengamatan masyarakat ( anggota keluarga , tetangga, kader ) disesuaikan dengan tatacara setempat , misalnya pengamatan terhadap tanda penyakit :
o   batuk yang tidak sembuh dalam waktu 3 minggu (untuk TBC)
o   bercak putih di kulit yang mati rasa (untuk Kusta)
o   ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi ( 4 terlalu, kedaruratan pada kehamilan sebelumnya,dll )
o   bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dll
o   balita yang tidak naik berat badannya 3 bulan berturut turut
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada di kelurahan ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera disampaikan kepada petugas kesehatan setempat atau Petugas Pembina Kelurahan
5.       Adanya Sistem Kesiapsiagaan bencana dan Kegawatdaruratan berbasis masyarakat
Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam kesiapsiagaan menghadapai situasi kedaruratan (misal bencana)
Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka :
o   mereka tahu harus berbuat apa
o   mereka tahu tempat untuk mencari maupun memberi informasi kemana.
Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi jatuhnya korban.
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat kelurahan ( yang memperolehnya dari kecamatan ), berita resmi di TV , Radio atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya menggunakan kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari mulut ke mulut
6.       Adanya upaya menciptakan Lingkungan Sehat
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :
o   Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di kelurahan, antara lain : pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.
o   Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah bersih, sampah tak berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik
o   Membuka jendela setiap hari.
o   Memiliki kecukupan akses air bersih (untuk minum, masak, mandi dan cuci) dan sanitasi dasar.
o   Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan sanitasi dasar ( ada jamban, mandi cuci di tempat khusus )
7.       Adanya Upaya mewujudkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS mempunyai 20 indikator lihat disini.
Artinya terdapat adanya masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM
8.       Adanya Upaya mewujudkan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi)
Kadarzi mempunyai 5 indikator yaitu :
       Menimbang Berat Badan Secara teratur ,terutama untuk Balita
     Memberikan ASI Ekslusif pada bayi sampai umur 6 bulan
         Makan beraneka ragam makanan
         Mengkonsumsi garam beryodium
         Memberikan suplemen sesuai anjuran (misal Vitamin A pada balita dan Bufas)
Disini terdapat adanya upaya masyarakat dalam mewujudkan terlaksananya 5 indikator kadarzi. Seperti Pengadaan posyandu, Pendataan kadar garam yodium,dan penyuluhan.
Unsur-unsur yang akan terlibat dalam kegiatan siaga ini adalah :
        Semua individu dan keluarga di kelurahan, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah kelurahannya.
        Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut,seperti tokoh masyarakat. Termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan.
        Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, seperti Kepala Kelurahan, Camat, para pejabat terkait, LSM, swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam pengembangannya Kelurahan Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Strata, yaitu :
1.       Strata Pratama
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga baru melakukan kegiatan 4 indikator kelurahan siaga
2.       Strata Madya
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan 6 indikator kelurahan siaga
3.       Strata Utama
Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan kedelapan indikator kelurahan siaga
Pembentukan Kelurahan Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut :
        Pemilihan Pengurus, Kader dan fasilitator Kelurahan Siaga
Pemilihan Pengurus dan kader Kelurahan siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal kelurahan dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
        Pelatihan Kader dan fasilitator Kelurahan Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader kelurahan yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku .
Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga, yaitu meliputi Konsep Kelurahan Siaga, Penjelasan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, penjelasan mengenai masing2 8 indikator kelurahan siaga.
        Penyelenggaraan Kegiatan Kelurahan Siaga
Secara berkala kegiatan Kelurahan Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Kelurahan Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
        Pembinaan dan Peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Kelurahan Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Kelurahan Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop- out ,kader-kader harus diberi kesempatan seluas- luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Kelurahan Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Kelurahan Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku Administrasi Siaga

I.                  INDIKATOR KEBERHASILAN.
Keberhasilan upaya Pengembangan Kelurahan Siaga dapat dilihat dari empat kelompok indikatornya, yaitu :
        Indikator masukan
        Indikator proses
        Indikator keluaran dan
        Indikator dampak.
Adapun uraian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :
A.      Indikator masukan.
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Kelurahan siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut :
o   Ada/tidaknya Forum Masyarakat Kelurahan
o   Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan / peralatannya.
o   Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
o   Ada/tidaknya tenaga kesehatan( minimal bidan ).
o    Ada/tidaknya kader aktif
o    Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat
B.       Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga Indikator proses terdiri atas hal-hal sebagai berikut :
o    Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Kelurahan.
o   Ada/ tidaknya pembinaan dari Puskesmas
o   Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
o   Berfungsi/tidaknya Sistem Penanggulangan Kegawatdauratan dan bencana
o   Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
o   Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS
o   Ada/tidaknya Upaya mewujudkan lingkungan sehat

C.      Indikator Keluaran
Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut :
o   Cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA )
o   Cakupan pelayanan UKBM- UKBM lain
o   Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan
o   Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
o   Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat
D.      Indikator Dampak.
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan kelurahan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga.
Indikator dampak terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut.
o   Jumlah penduduk yang menderita sakit
o   Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
o   Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
o   Jumlah balita dengan gizi buruk.
o   Tidak terjadinya KLB penyakit
o   Respon cepat masalah kesehatan

Puskesmas Kalitanjung

 Puskesmas Kalitanjung terus berusaha untuk menjadi Puskesmas Pelayanan Terbak degan didukung inovasi-inovasi yang tenunya belum terekspos diuskesmas lain. Dengan semakin berkembangnya Multimedia, Pusesmas Kalitanung berusaha untuk memadukan antara tekhnologi yang ada dengan Pelayanan yang terus dilakukan pembenahan, salah satu  contoh: Puskesmas Kalitanjung telah merealis 2 Film berdurasi untuk penyuluhan di setiap Posyandu dengan tema "Cara memasak yang baik untuk kebutuhan Nutrisi dengan harga Murah" dan sistem rujukan Nyata di Lapangan.

Kami terus berusaha untuk menciptakan terobosan-terobosan sesuai dengan perkembngan yang ada....

Jumat, 07 Januari 2011

Peta

PETA GEOMEDIK

VII. 1 Peta sarana Kesehatan



VII.2 Peta Lokasi Rawan Bencana



VII.3 Peta Vurnebility/ Kerentanan

 


VII.4 Peta lokasi Bidan / Dokter Praktek



VII. 5 Peta rawan penyakit





















DATA BENCANA


DATA BENCANA
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
KOTA CIREBON


IV. 1 DAERAH RAWAN BENCANA

RAWAN BENCANA
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Jenis bencana
1
Kanggraksan Utara

2
Kanggraksan Selatan

3
Lemah Abang

4
Kalitanjung Timur
Longsor
5
Penyuken

6
Grenjeng
Longsor
7
Pelandakan
Longsor
8
Wanacala
Longsor
9
Katiasa

10
Penggung Utara

11
Curug
Longsor
12
Kuranji

13
Kalitanjung Barat
Longsor
jumlah
6 RW


IV.2 KEJADIAN BENCANA TAHUN 2010

BANJIR
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Jenis Bencana
1
Kanggraksan Utara
Banjir
2
Kanggraksan Selatan
Banjir
3
Lemah Abang
Banjir
4
Kalitanjung Timur

5
Penyuken

6
Grenjeng
Banjir
7
Pelandakan

8
Wanacala

9
Katiasa

10
Penggung Utara

11
Curug
Banjir
12
Kuranji

13
Kalitanjung Barat
Banjir
jumlah
6 RW



GENANGAN
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah




PUTING BELIUNG
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah














GEMPA BUMI
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah






ROB
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2010

NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


Kelurahan Harjamukti









IV.3 KEJADIAN BENCANA TAHUN 2005 S/D 2009

BANJIR
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
TAHUN 2005 S/D 2009


NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara
1

2
Kanggraksan Selatan
1

3
Lemah Abang
0

4
Kalitanjung Timur
1

5
Penyuken
0

6
Grenjeng
1

7
Pelandakan
0

8
Wanacala
0

9
Katiasa
0

10
Penggung Utara
0

11
Curug
1

12
Kuranji
0

13
Kalitanjung Barat
0

Kelurahan Harjamukti
6




GENANGAN
DI DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
 TAHUN 2005 S/D 2009
NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng


7
Pelandakan
NIHIL

8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah










PUTING BELIUNG
DI KELURAHAN HARJAMUKTI KECAMATAN HARJAMUKTI
TAHUN 2005 S/D 2009


NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah




GEMPA BUMI
DI KELURAHAN KESENDEN KECAMATAN
TAHUN 2005 S/D 2009


NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken
NIHIL

6
Grenjeng


7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah












ROB
DI KELURAHAN KESENDEN KECAMATAN
TAHUN 2005 S/D 2009


NO.
Nama RW
Frekuensi Kejadian
%
1
Kanggraksan Utara


2
Kanggraksan Selatan


3
Lemah Abang


4
Kalitanjung Timur


5
Penyuken


6
Grenjeng
NIHIL

7
Pelandakan


8
Wanacala


9
Katiasa


10
Penggung Utara


11
Curug


12
Kuranji


13
Kalitanjung Barat


jumlah






IV.4  DAERAH  VULNERABILITY / KERENTANAN

NO

RW

Berdasarkan RT
Sarsandas buruk
PHBS buruk ( RW)
Daerah gizi buruk (RW)
Akses yankes buruk
Akses jalan sulit
Koordinasi lemah
 (RW)
Sikap gotong royong+Kepedulian Masyarakat rendah
1
1
05
01
01




2
2
02,06
02
02




3
3
03,04
03
03



03
4
4
03
04
04


04
04
5
5
03
05
05




6
6
04,05
06
06
05
05


7
01-04
07
07
 01.04
01,04 

 07
8
 8
03,05 
 08
 08
 03
03 


9
 9
01,04 
 09
 09




10
 10
 03,04
 10
 10


 10
 10
11
 11
04,05 
 11
 11


 11
 11
12
 12
01 
 12
 12




13
 13
 01,03
 13
 13




Jumlah

13
13 (RW)
4
 4
 3 RW
5 RW 




BAB  V
KEGIATAN

A.                Analisis Risiko Bencana

Tabel C.1.
PENILAIAN RESIKO BENCANA TAHUN 2010














Kota : Cirebon










Kelurahan : Harjamukti










No
Variabel
Gempa Bumi
Letusan Gn Ber Api
Tsunami / Gelombang Pasang
Angin Puyuh / Putting Beliung
 (Akibat Cuaca Ekstrim/dampak La Nina
Tanah Longsor
Kebakaran Hutan / Asap
Kekeringan/ (Cuaca Ekstrim/Dampak La Nina
KLB / Wabah Penyakit Menular
Kecelakaan Transportasi/Industri
Konflik dengan kekerasan akibat kerusuhan sosial
Lain-lain
1
BAHAYA












a. Frekuensi
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
1
b. Intensitas
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
1
c. Dampak
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
d. Keluasan
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
e. Uluran Waktu
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
1
1

JUMLAH
5
5
5
9
9
10
9
5
9
8
5
5
2
KERAWANAN









1
1
1
a. Fisik
1
1
1
2
2
2
2
1
2
1
1
1
b. Sosial
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
c. Ekonomi
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

JUMLAH
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
3
MANAJEMEN












a. Kebijakan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
b. Rencana Kontijensi
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
c. PSM/LSM
1
1
1
3
3
3
3
3
3
1
1
1

JUMLAH
3
3
3
6
6
6
6
6
6
3
3
3

TOTAL
13
13
13
20
20
21
20
15
20
16
13
13
Keterangan : Di isi dengan angka yaitu:
1.      Resiko rendah
2.      Resiko sedang
3.      Resiko tinggi

Berdasarkan hasil penilaian resiko bencana yang mungkin terjadi di wilayah Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon mulai dari urutan pertama sampai dengan enam (berdasarkan jumlah penilaian tertinggi s.m terendah) adalah: Tanah longsor, Banjir akibat cuaca, KLB / Wabah Penyaki Menular, tangin putting beliung, Kebakaran hutan, dan kecelakaan transfortasi. (Tabel C.1) .
Berdasarkan letak geografis daerah Timur dan selatan  Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon memiliki resiko terjadinnya bencana banjir dan tanah longsor. Daerah perkotaan dan pertengahan memiliki resiko banjir akibat drainase yang tidak lancar dan riool kota yang mampet di wilayah Kanggraksan, dan juga  kecelakaan transportasi karena merupakan arus jalan utama Pantura dan Kuningan yaitu mulai dari Rw 01 Kanggraksan Utara, 09 Katiasa, RW 12 dan RW 10 yang merupakan jalur bis dan elf jurusan kuningan, Tasik dan Ciamis serta RW 08 Wanacala. Sedangkan sepanjang jalan Kanggraksan yang mengapit RW 01,02,03,11 merupakan jalan yang sangat padat karena merupakan jalan utama yang banyak dilewati oleh mobil angkutan umum dan juga karena daerah perdagangan dan jasa, dimana banyak sekali komplek pertokoan dan jasa percetakan.Sedangkan daerah banjir  meliputi RW 01,02,03m06,11 dan 13 sedangkan daerah rawan longsor karena medan yang sangat curam yaitu RW 04,06,07, 08,11 dan RW 13 Kalitanjung Barat.